Sampah plastik sekali pakai menyumbang 36% dari total keseluruhan sampah kita. Dalam setahun jumlahnya mencapai 300 juta ton. Jika dipadatkan, jumlah tersebut setara dengan 10 kali keliling bumi (Katadata, 2019)
Permasalahan sampah plastik bukan hanya berkisar pada waktu penguraiannya yang lama. Sampah plastik menimbulkan pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan.
Tidak hanya membahayakan nyawa hewan di alam. Cemaran plastik juga telah ditemukan pada telur yang dikonsumsi oleh masyarakat di dua desa, di Jawa Timur.
Cemaran plastik pun ditemukan pada hasil laut dari Teluk Jakarta. Puluhan ribu ton sampah yang setiap hari masuk ke dalam perairan beresiko menjadi pemicu munculnya kanker dan penyakit degeneratif bagi konsumen.
Baca juga, “3 Cara Turunkan Kolesterol dengan Cepat”
Himbauan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” menjadi kurang relevan untuk saat ini. Sebab, TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) di Indonesia belum mampu menerapkan cara pengolahan sampah yang efektif.
Kasus terbaru jebolnya turap TPA Cipeucang di Tangerang Selatan adalah pengingat bagi kita (22/5/20). Bahwa belum ada perubahan yang berarti dalam pengelolaan TPA selama 15 tahun ini, yakni sejak tragedi longsornya sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat yang menelan 157 korban jiwa (21/2/05).
Sampah TPA Cipeucang masuk ke Sungai Cisadane (Kris Andrew/Getty Images)
Hampir semua TPA masih menerapkan sistem open dumping. Semua sampah yang masuk terus ditumpuk, hingga membentuk gunungan sampah.
Sistem open dumping menimbulkan polusi udara, air sungai, dan air tanah. Pada kasus TPA Cipeucang, bau busuk yang tercium hingga area Bumi Serpong Damai berasal dari hidrogen sulfida. Gas yang terbentuk akibat proses biokimia.
Masih ada 2 gas lainnya yang berbahaya yakni metana dan karbondioksida. Keduanya sama-sama merusak lapisan ozon. Namun metana memiliki daya rusak 25 kali lebih kuat.
Potensi masalah kesehatan yang ditimbulkan pun tidak main-main. Konsentrasi karbondiokasida yang melebihi ambang batas (3%) dapat menyebabkan sakit kepala, sesak napas, dan mengantuk. Hidrogen sulfida dengan konsentrasi 500 ppm dapat menyebabkan pulmonary edema dan asphyxiant.
Kita dapat mengurangi berbagai permasalahan akibat sampah ini. Caranya adalah dengan mencegah produksi sampah.
Kita harus berhati-hati dalam melakukan segala aktivitas agar tidak menghasilkan sampah. Baik itu sampah anorganik maupun sampah organik.
Upaya mencegah sampah diawali dengan keputusan saat belanja. Kita bisa belanja menggunakan cara yang ramah lingkungan. Selalu hindari penggunaan plastik sekali pakai saat belanja. Baik itu saat belanja offline maupun online.
Kecipir sebagai penyedia layanan belanja online terus mengajak semua konsumen untuk belanja dengan bijak, yakni belanja tanpa menghasilkan sampah plastik. Kecipir menggunakan wadah pakai ulang (box dan kantong kain) untuk mengirimkan pesanan.
Produk organik dan kantong sayur Kecipir (@aaasya_mom/Instagram)
Sejak Januari hingga Mei 2020, Kecipir telah berhasil mencegah penggunaan 36.715 plastik sekali pakai dan styrofoam. Semua ini terwujud berkat dukungan dari seluruh konsumen. Jika konsisten, kita akan mengurangi 36% gunungan sampah di TPA akibat sampah plastik.
Selain itu, Kecipir juga telah berhasil mencegah sampah makanan (food waste) masuk ke dalam TPA. Sebab, Kecipir menerapkan sistem pesan-panen-antar. Sehingga petani hanya memanen produk yang dipesan oleh konsumen.
Sekitar 69,34% sampah pasar adalah sampah organik. Sampah tersebut didominasi oleh sayuran buah yang rusak akibat tidak terjual. Dengan belanja di Kecipir, kamu dapat mengurangi food waste tersebut.
Belanja kebutuhan dapur secara online di Kecipir tidak hanya mudah, tetapi juga sangat ramah lingkungan. Produk-produk yang kami jual pun terjamin organik dan sehat. Tunggu apalagi, segera cek aneka jenis produk organik di website/aplikasi Kecipir.
Baca disini info fitur-fitur terbaru yang memudahkan belanjamu di Kecipir.
Comments