Sumber: Repost from https://cantik.tempo.co/read/news/2017/02/25/332850200/tangkal-kanker-paru-dengan-buah-dan-sayuran-hijau
TEMPO.CO, Jakarta – Mengkonsumsi lima porsi atau lebih buah-buahan, seperti apel, pir, dan sayuran berdaun hijau per hari secara signifikan dapat menurunkan risiko munculnya penyakit paru-paru kronis. Begitu hasil penelitian yang dimuat di jurnal Thorax.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan mencatat data kesehatan pernapasan pada lebih dari 44 ribu pria Swedia yang lahir pada 1918-1952, ketika mereka berusia 45-79 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mereka yang makan lima porsi atau lebih buah dan sayuran setiap hari, 40 persen dan 34 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami COPD—kondisi saluran udara pernapasan menyempit, yang meliputi bronkitis dan emfisema.
Setiap porsi tambahan berkaitan dengan 4 persen risiko lebih rendah terkena COPD untuk mereka yang telah berhenti merokok. Peradangan dan tekanan pada jaringan oksidatif menjadi penyebab munculnya COPD dan merokok merupakan pemicu yang ampuh untuk proses ini.
Menurut peneliti, Joanna Kaluza, dari Warsawa University of Life Sciences di Polandia, kandungan antioksidan berlimpah dalam buah dan sayuran dapat mengurangi radang dan tekanan itu. Kaluza mengatakan, selain apel, pir, sayuran berdaun hijau, serta paprika, belum ada buah-buahan dan sayuran lain seperti beri, pisang, jeruk, tomat, bawang merah, bawang putih, atau kacang hijau, yang juga mampu menurunkan risiko terkena COPD, seperti dilansir Indian Express.
Pilih yang Organik
Makanlah setidaknya 5 porsi buah dan sayuran setiap hari. Juga, makan biji-bijian dan kacang-kacangan. Sayuran berwarna hijau dan kuning, kacang-kacangan, produk kedelai sayuran seperti brokoli dan kubis juga dapat membantu mengurangi risiko kanker Belilah buah-buahan dan sayuran yang ditanam secara organik. Buah-buahan dan sayuran non-organik memiliki kulit tipis yang menyerap pestisida. Pestisida dapat menyebabkan kanker. Selain itu sayur dan buah-buahan organik juga memiliki manfaat sebegai berikut:
1. Bebas pestisida
Petani biasa umumnya menggunakan dua sampai 12 macam pestisida sintetis. Akibatnya, sisa pestisida pun masih menempel pada berbagai jenis buah dan sayuran yang kita santap dan berbahaya buat kesehatan, juga berisiko menyebabkan penyakit kanker, obesitas, dan autisme.
2. Nutrisi lebih baik
Kadar nutrisi makanan sangat penting buat kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nutrisi dari sumber makanan konvensional lebih sedikit daripada yang organik. Produk organik juga diklaim mengandung lebih banyak antioksidan, termasuk vitamin C, magnesium, fosfor, dan zat besi.
3. Terhindar dari rekayasa genetik
Banyak negara sudah melarang rekayasa genetik pada sumber makanan, baik hewani maupun nabati. Pasalnya, produk-produk makanan seperti itu dibesarkan dengan cara yang dimodifikasi dan tidak alami.
4. Menghindari kontaminasi
Bila hasil produksinya daging dan produk-produk susu, organik adalah pilihan yang bijaksana. Bila tidak organik, sapi yang akan diperah dan diambil dagingnya diberi makan sehemat mungkin dan kualitas makanan tidak menjadi pertimbangan peternak. Bila kita mengkonsumsi daging dan susu dari sapi non-organik ini, berbagai bahan kimia, seperti hormon dan antibiotik, yang ada dalam makanan ternak itu ikut tertelan.
5. Melindungi lingkungan
Pertanian organik selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari cara bertani bagi lingkungan dan ekosistem. Para petani organik memproduksi makanan sambil menjaga keadaan tanah agar tetap kaya nutrisi dan subur sampai bertahun-tahun ke depan. Sementara itu, petani konvensional menggunakan pestisida dan pupuk sintetis yang bisa mencemari air tanah dan berbahaya buat makhluk hidup di sekitarnya.
6. Membantu petani
Sayangilah keluarga dengan cara selalu memberinya makanan produk organik dari petani lokal. Para petani lokal ini selalu sulit bersaing dengan industri pertanian raksasa yang bisa memproduksi bahan makanan dengan berbagai cara sehingga bisa menekan harga. Dengan membeli produk organik, kita telah membantu petani kecil yang peduli kepada lingkungan.
Comments